DASAR TEORI LIPID
Dasar Teori
1.
Lipida
Lipida umumnya merupakan senyawa
yang hanya larut dalam pelarut nonpolar, misalnya kloroform, eter, alkohol,
aseton, dan pelarut nonpolar lainnya. Lipida tidak larut dalam pelarut polar
misalnya air. Lipida memilki beberapa fungsi yaitu sebagai cadangan makanan
misalnya triasilgliserol, sebagai penyusun struktur membran misalnya
phospholipidas yang merupakan penyusun utama membran sel, derivat lipida dapat
membentuk hormon, bersama protein membentuk seyawa gabungan (lipoprotein), yang
memiliki fungsi khusus dalam tubuh organisme (Suhara, 2008).
Lipid adalah salah
satu kelas molekul biologis berukuran besar yang tidak mencakup polimer sejati.
Senyawa yang tergolong lipida dicirikan dengan
strukturnya yang khas, yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor
hidrokarbon yang bersifat non polar. Dalam suatu larutan, kepala yang bersifat
polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa amfipatik
(memiliki dua kutub positif dan negatif). Konsekuensinya di dalam suatu
larutan, lipida dapat membentuk formasi satu lapis lipida (monolayers), dua
lapis lipida (bilayers), misel dan vesikula (Suhara, 2008).
Lipid (Lemak)
sederhana terbuat dari dua jenis molekul yang lebih kecil: gliserol dan asam
lemak. Gliserol merupakan alkohol dengan tiga karbon yang masing-masing
berikatan dengan satu gugus karboksil. Sedangkan Asam lemak memiliki rantai
karbon panjang dengan salah satu ujungnya merupakan gugus karboksil. Asam lemak
memiliki panjang, jumlah dan lokasi ikatan rangkap yang bervariasi. Akibat
struktur ini berpengaruh pada penamaan asam lemak sendiri. Asam lemak yang
tidak mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak
yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh (Campbell,
2010).
Asam lemak yang umum dijumpai
bersifat tidak larut di dalam air, di dalam NaOH dan KOH encer dapat mengubah
asam lemak menjadi sabun, nama ini diberikan bagi garam asam lemak. Berikut
reaksi penyabunan (saponifikasi) di bawah ini :
RCOOH
+ NaOH → RCOONa +H2O
Jika sabun dimasukkan kedalam air sadah
(air yang mengandung banyak ion Ca++ dan
Mg++) maka akan terjadi peristiwa pertukaran ion, antara molekul
sabun dengan air sadah dan terbentuklah sabun Ca++ dan Mg++ dari
asam lemak yang bersifat amat tidak larut.
RCOOK
+ Ca++ → Ca (RCOO)2
sabun sabun Ca++ yang tidak larut.
2. Fosfogliserida
Fosfogliserida merupakan lipid gabungan, yaitu antara
gugus fosfat, gliserol, dan dua rantai asam lemak. Gugus fosfat terikat pada atom
karbon no.3 dari gliserol, sementara dua asam lemak terikat pada dua atom
karbon lainnya. Fosfogliserida yang sederhana adalah fosfatidat (Suhara, 2008).
3. Steroid
Kolesterol adalah sterol terbesar yang merupakan komponen
terbesar penyusun membran plasma sel hewan. Sel-sel prokariotik tidak memiliki
kolesterol pada membran plasmanya. Selain penyusun membran, kolesterol memiliki
peranan penting sebagai precursor hormon steroid. Tumbuhan hanya memiliki
sedikit kolesterol, tetapi mengandung jenis sterol yang lain, misalnya
stigmasterol dan β-sitosterol, yang berbeda dengan kolesterol pada rantai
sampingnya (Suhara, 2008).
4. Pengujian Lipid
Untuk menguji sifat dan komposisi lipid, ada beberapa uji
yang dapat dilakukan, berikut ini menurut Adisendjaja, dkk (2014) yaitu:
a.
Uji Kelarutan Lipid
Uji ini dilakukan untuk melihat sifat
lipid, yaitu molekul non-polar yang hanya dapat larut dalam pelarut non-polar
(khloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila dilarutkan dalam pelarut
polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut.
b.
Uji Ketidakjenuhan
Lipid
Asam-asam lemak yang ada di dalam
lemak hewan selalu jenuh, sedangkan asam-asam lemak di dalam minyak tumbuhan
mengandung satu atau beberapa ikatan rangkap. Uji ini dapat dilakukan untuk
idenitifikasi larutan yang tergolong ke dalam asam lemak jenuh atau takjenuh.
Bila larutan khloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur halogen
akan merubah warna larutan unsur halogen (bromin atau iodin) sehingga hal
tersebut dijadikan indikator adanya ikatan rangkap dalam larutan asam lemak
(Suhara, 2008).
c.
Uji
Gliserol/Akrolein
Dalam uji ini, terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas menghasilkan akrolein aldehihi,d bila larutan
dipanaskan dengan kalium bisulfat (KHSO4) akan tercium karakteristik
bau yang khas.
d.
Uji
Liebermann-Burchard
Uji ini adalah uji yang digunakan
untuk melihat ada tidaknya kandungan kolesterol dalam lipid. Ketika lipid
dicampukan dengan kloroform dan asam sulfat pekat, jika warna larutan yang
dihasilkan adalah warna hijau pekat maka larutan lipid tersebut positif
mengandung kolesterol.
e.
Uji Saponifikasi
Proses saponifikasi (pembentukan
sabun) adalah proses ketika asam lemak dicampur dengan larutan alkali dalam
alkohol (KOH atau NaOH) akan membentuk garam kalium atau garam natrium yang
memberikan karakteristik larutan bersabun. Larutan tersebut bila dicampur
dengan larutan yang mengandung Ca++, Mg++, dan Pb-asetat
akan menghasilkan garam-garam yang tidak larut dan menyebabkan larutan tidak
berbusa.
f.
Uji Asam Lemak Bebas
Uji ini menggunakan indikator basa
phenophtalin yang memiliki warna pink, sehingga dalam pengujian larutan yang
termasuk asam lemak bebas warna phenophtalin ini akan hilang.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisendjaja, Yusuf, dkk. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Campbell, Neil A, dkk. (2010). Biologi. Jakarta:
Erlangga
Suhara. (2008). Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: Prisma
Press
#BIOLOGI #MAHASISWA BIOLOGI #MAHASISWIBIOLOGI #TUGASBIOLOGI #BILOGYTASK #LOVEBIOLOGI #ARTIKELBIOLOGI #ARTIKELMAKHLUKHIDUP
#PRAKTIKUMBIOLOGI #DASARTEORILIPID
#BIOLOGI #MAHASISWA BIOLOGI #MAHASISWIBIOLOGI #TUGASBIOLOGI #BILOGYTASK #LOVEBIOLOGI #ARTIKELBIOLOGI #ARTIKELMAKHLUKHIDUP
#PRAKTIKUMBIOLOGI #DASARTEORILIPID
Komentar
Posting Komentar