Laporan Plathyhelminthes
A. Judul
Filum
Porifera
B. Tujuan
1. Mengenal
keanekaragaman hewan-hewan Porifera.
2. Observasi
morfologi dan struktur tubuh hewan-hewan porifera.
3. Mengelompokkan
hewan-hewan porifera ke dalam classis yang berbeda berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri.
4. Observasi
dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classis.
C. Landasan Teori
Kata
“Porifera” berasal dari kata bahasa latin, porus + ferra, porus berarti lubang
kecil (dalam bentuk tunggal = porus sedangkan dalam bentuk jamak = pori),
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengemban. (Yusuf, 2005)
Dilihat
dari asal katanya, maka dapat disimpulkan bahwa porifera merupakan hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil (pori).
1. Struktur
Anatomis Tubuh Porifera
Ukuran
tubuh hewan spons sangat bervariasi, kebanyakan spons kalkareus berukuran
kira-kira sebesar butir padi, tetapi sebuah spons yang besar bisa memiliki
tinggi dan diameter beberapa meter. Beberapa jenis hewan ini bersimetri radial,
tetapi kebanyakan tidak teratur atau asimetris, yang menampakkan bentuk / pola
masif (seperti sebongkah batu), tegak, pipih melebar dan menempel atau
bercabang-cabang. (Yusuf, 2005).
Tubuh
spons terdiri dari dua lapisan sel yang dipisahkan oleh wilayah bergelatin yang
disebut mesohil. Sel-sel yang
mengembara melalui mesohil disebut amoebosit,
yang dinamai berdasarkan pseudopodia yang digunakan. Amoebosit mengambil
makanan dari air dan koanosit, mencernanya, dan mengangkut nutrien ke sel-sel
lain. (Campbell, 2008).
Umumnya
tubuh porifera berbentuk seperti vas bunga yang menempel di dasar perairan.
Tubuh porifera memiliki rongga tubuh (spongosol)
dan lubang keluar (oskulum).
Tubuhnya lunak, permukaanya berpori dan pori ini disebut sebagai ostium. Setiap ostium memiliki saluran
yang menghubungkan ke spongosol. Air akan mengalir dari ostium yang banyak
terdapat di permukaan tubuhnya melalui saluran masuk ke spongosol dan akhirnya
mengalir keluar melalui oskulum. (Istamar, 2004)
Dinding
tubuh porifera relatif sederhana. Bagian-bagian permukaan luar tertutupi oleh
sel-sel pipih yang disebut pinakosit,
dan secara keseluruhan disebut pinakoderm.
Tidak seperti epitelium pada kebanyakan hewan, pada bagian basal lapisan
pinakoderm tidak dilapisi membran basal. Bagian tepi pinakosit dapat dikontraksikan
atau mengkerut sehingga tubuhnya tampak sedikit lebih kecil. Bagian basal
pinakosit mengeksresikan material yang dapat melekatkan hewan spons pada
substratnya. (Yusuf, 2005).
2. Rangka
Tubuh Porifera
Rangka
sebagai penyangga tubuh porifera berupa kristal-kristal kecil seperti duri dan
bintang (spikula-spikula) atau berupa anyaman serabut-serabut fiber dari bahan
protein/spongin. Kerangka tubuh seperti ini dapat disebut sebagai kerangka
dalam (endoskeleton). (Yusuf, 2005)
Kalau
ditinjau dari bahan pembentuk kerangkanya, maka hewan porifera dapat
dikelompokkan menjadi 3 golongan.
a. Porifera
Lunak, yakni golongan porifera yang jenis kerangka tubuhnya tersusun dari bahan
spongin (organis).
b. Porifera
kapur, yakni golongan porifera yang jenis kerangka tubuhnya terbuat dari bahan
kristal kapur atau CaCO3
c. Porifera
kaca, yakni golongan Porifera yang jenis kerangka tubuhnya terbuat dari bahan
kristal silikat H2Si3O7
Kerangka
yang terbuat dari spongin merupakan sel-sel khusus dari mesenkim. Menurut
Minchin (1897), skhleroblast yang merupakan bentuk khusus dari sel mesenkim itu sebetulnya derivat dari
sel dermal epitelium (pinakosit) yang masuk kedalam mesoglea dan menjadi salah
satu bentuk dari amoebosit.
3. Klasifikasi
Porifera
Menurut
Hegner dan Engeman (1968), berdasarkan bahan penyusun spikula, porifera dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelas.yaitu :
a. Kelas
Calcarea
Hewan
spons anggota kelas Calcarea memiliki spikula yang terbuat dari senyawa kalsium
carbonat (CaCO3). Semua spikula nya berukuran relatif sama dengan bentuk
monaxon atau tiga sudut atau empat sudut yanga adanya secara terpisah.
Serabut-serabut spongin biasanya tidak ada. Ada yang memiliki tipe saluran air
mulai askonoid, sikonoid dan leukonoid. Warna tubuh anggota calcarea ada yang
abu-abu, gelap, kuning menyala, merah atau seperti warna bunga lavender. Ukuran
tubuhnya relatif kecil, dengan tinggi tidak lebih dari 10 cm. Hidupnya dapat
ditemukan di sebagian besar laut didunia, khususnya di perairan pantai yang
dangkal. Contoh genus yang umum ditemukan antara lain: Leucosolenia (tipe askonoid), sycon
(tipe sikonoid). (Yusuf ,2005)
b. Kelas
Hexactinellida
Hewan-hewan
spons anggota hexactinellida sering dikenal sebagai spons kaca. Nama
hexactinellida diturunkan dari kenyataan bahwa spikula-spikula nya bertipe triakson
dengan 6 ujung/cuatan atau kelipatannya. Serabut-serabut silika tampak seperti
penyekat, karenanyadisebut spons kaca. Bentuk tubuhnya menyerupai vas bunga,
cangkir atau kendi dengan tinggi sekitar 10-30 cm. Spongocoel nyasangat
berkembang dan oskulumnya tertutup rapat oleh plat seperti ayakan. Warna
tubuhnya pucat. Contoh yang terkenal dari kelas ini adalah Euplectella aspergilum (keranjang bunga venus), Hyalonema longissimum. (Yusuf, 2005)
c. Kelas
Demospongiae
Kira-kira
90% dari semua spesies hewan spons yang telah dideskripsikan termasuk dalam
anggota kelas Demospongiae. Penyebarannya ditemukan mulai dari laut dangkal
sampai laut dalam. Warna tubuhnya cerah yang diakibatkan oleh adanya
granula-granula pigemen warna di amebosit. Tipe spikula dari spons Demospogiae
sangat bervariasi, mulai dari spikula silika, serabut spongin, atau kombinasi
keduanya. Kecuali dari genus Oscarella yang unik karena tidak memiliki spikula
silika maupun serabut spongin. Spikula Demospogiae berbeda dengan
hexactinellida dalam hal besarnya ukuran spikula silika monakson atau tetrakson
(tidak pernah triakson). Jika spikula atau serabut spongin ada maka biasanya
spikula saling berhubungan atau terbenam dalam serabut spongin. (Yusuf, 2005)
Contoh
spesies yang hidup di air tawar antara lain : Spongilla fragilis, Spongilla
lacutris.
D.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1)
Mikroskop
2)
Cawan
Petry
3)
Silet
4)
Object
glass
5)
Cover
glass
6)
Larutan
HCl
7)
Pipet
b. Bahan
1)
Spesimen
Porifera
E. Cara
Kerja
Pengamatan kali ini, terdiri dari 2 kegiatan
pengamatan, yaitu :
1. Pengawatan Awetan Basah
a.
Awetan
Basah dari porifera diletakkan di meja kerja
b.
Setelah
itu, specimen tersebut lalu diamati
c.
Masing-masing
awetan basah tersebut dibedakan bagian-bagian tubuh luarnya
d.
Hasil
pengamatan tersebut dicatat.
2. Pengamatan Awetan Kering
a.
Untuk
pengamatan ini, awetan kering yang sudah tersedia dikerik baqgian tubuhnya
dengan menggunakan pisau silet. Lalu bagian yang sudah dikerik itu diletakkkan
di object glass
b.
Setelah
itu, air diteteskan diatas sayatan tersebut, lalu tutup dengan cover glass
c.
Object
glass tersebut diamati di bawah mikroskop
d.
Spesimen
itu dibedakan kerangka penyusunnya
e.
Agar
dapat mengetahui bahan penyusun kerangka tersebut. Lalu, larutan HCl diteteskan pada bagian porifera
yang sudah di kerik diatas object glass. Setelah itu, cover glass diletakkan
diatas object glass itu.
f.
Object
glass itu diamati di bawah mikroskop
g.
Hasil
pengamatan itu kemudian dicatat.
F. Hasil Praktikum
Tabel
1. Identifikasi spesimen awetan basah berdasarkan organ
No
|
Nama Species
|
Bentuk Tubuh
|
Lubang Pori
|
Osculum
|
Spongocoel
|
Kerangka
|
1
|
Schypa sp.
|
Busa
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
2
|
Spongilla sp.
|
Busa
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
3
|
Haliclona sp.
|
Ubi
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
4
|
Halichondria sp.
|
Babat
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
5
|
Halichona sp
|
Ubi
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
6
|
Halicondria sp.
|
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
7
|
Schypa sp.
|
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Tabel
2. Identifikasi spesimen awetan kering berdasarkan kerangka tubuh
No
|
Nama Species
|
Kerangka Tubuh
|
Classis/Sub Classis
|
|||
Spongin
|
Zat Kapur
|
Silikat
|
Bentuk Spikula
|
|||
1
|
Species A (H20)
|
Ada
|
-
|
-
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Species A (HCl)
|
Ada
|
-
|
-
|
Monoaxon
|
Demospogiae
|
|
2
|
Species B (H20)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Hexaxon
|
Hyalospongia
|
Species B (HCl)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Hexaxon
|
Demospongiae
|
|
3
|
Species C (H20)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Species C (HCl)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
|
4
|
Species D (H20)
|
Ada
|
-
|
-
|
-
|
Demospongiae
|
|
Species D (H20)
|
Ada
|
-
|
-
|
-
|
Demospongiae
|
5
|
Species E (H20)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Species E (HCl)
|
Ada
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
|
6
|
Species F (H20)
|
-
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Species F (HCl)
|
-
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
|
7
|
Species G (H20)
|
Ada
|
Ada
|
-
|
Monoaxon
|
Calcarea
|
Species G (HCl)
|
Ada
|
Ada
|
-
|
Monoaxon
|
Calcarea
|
|
8
|
Species H (H20)
|
-
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Species H (HCl)
|
-
|
-
|
Ada
|
Monoaxon
|
Demospongiae
|
Pembahasan
Praktikum dimulai dengan menyiapkan
alat-alat dan bahan-bahan diantaranya 8 jenis Porifera kering dan 7 jenis
Porifera basah yang akan diamati, mikroskop, air, larutan HCl, gelas objek, cover glass, alat tulis, dan kamera.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Objek dikerik
menggunakan silet agar didapat bentuk serpihan
2.
Serpihan objek ditaruh
pada gelas objek, gunakan pipet untuk meneteskan air atau larurat HCl pada
gelas objek, kemudian tutup dengan
menggunakan cover glass
3.
Amati objek menggunakan
mikroskop
4.
Hasil pengamatan
digambar atau didokumentasikan
Pada pengamatan yang peneliti
lakukan diamati 7 jenis awetan basah yang terdiri dari 2 jenis Scypha sp., 2 jenis Halincondria sp., 2 jenis Haliclona
sp., dan satu jenis Spongilla sp.sp.
dan 8 jenis awetan kering, diantaranya:
a.
Scypha sp.
Scypha
disebut juga sebagai Sycon, genusnya termasuk
ke dalam kelas Calcarea (Calcareous
sponges) karena spikulanya mengandung kalsium karbonat (CaCO3).
Kartakteristiknya memiliki bentuk tubuh menyerupai jari dan termasuk ke dalam
tipe saluran air syconoid. Pada tipe ini, air masuk melalui celah-celah kecil
yang berada di pinggir tubuhnya yang disebut ostium, selanjutnya air akan
dikeluarkan melalui celah besar yang berada di ujung bagian atas tubuh Scypha
yang disebut osculum. Pergerakan air menuju osculum dibantu oleh dorongan dari
silia yang berada pada rongga tubuh bagian dalam (central cavity). Spesies Scypha hanya tumbuh sekitar 2 atau 3 cm
tingginya.
b.
Halincondria sp.
Sponsnya
pejal dan bercabang, bentuknya menyerupai gunung atau cerobong asap. Berwarna
hijau atau kuning. Osuculumnya relatif besar, menyolok, dan diameternya 2-4 mm.
Tubuh spongenya memiliki lebar 25 cm dan tinggi 60 cm. Spesies ini menempati
kawasan intertidal 500 m dibawah permukaan laut, banyak tersebar di pasifik
utara.
c.
Haliclona sp.
Haliclona sp.
adalah bunga karang yang terbentang di sepanjang semudra hindia. Spesies ini
dapat ditemukan di rumpun batu karang dangkal di laut dan merupakan sumber
makanan utama bagi siput laut. Biasanya di gunakan oleh para penyuka aquarim
untuk memberikan kesan warna biru pada air aquariumnya. Seperti karang pada
umumnya, Haliclona merupakan hermafrodit, ia juga bisa bereproduksi dengan
membentuk budding atau tunas. Jika
mati, Haliclona dapat mengeluarkan racun kimia yang berbahaya makhluk hidup
yang ada di sekitarnya.
Pada
awal pertumbuhannya, Haliclona akan memiliki bentuk yang tidak beraturan dan
berwarna putih seperti sutera dan berfilamen. Dari waktu ke waktu, bunga karang
akan tumbuh sehingga bentuknya seperti umbi, spikulanya mulai terlihat jelas
disusul oleh munculnya oskulum yang semakin lebar. Tinggi Haliconia dewasa
mencapai 30 cm. tersebar di lautan atlantik utara tumbuh di dasar bebatuan dan
berpasir.
d.
Spongilla sp.
Spons dapat berbentuk sederhana seperti
tabung dengan dinding tipis seperti yang dijumpai pada marga Leucosolenia, atau
massif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga terdiri dari segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya,
membuat kerak pada batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-tumbuhan dan pada
benda-benda inilah mereka menempel. Kelompok spons lain mempunyai bentuk lebih teratur dan melekat pada dasar
perairan melalui sekumpulan spikula. Bentuk-bentuk yang dimiliki oleh spons dapat agak beragam, namun tetap
(Romimohtarto, 2001).
Beberapa
jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan
sebagai spons mandi. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi sebagai
obat penyakit kanker dan penyakit lainnya (Wikipedia, 2009).
Beberapa
jenis spons air laut seperti spons jari berwarna oranye, Axinella
canabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium air laut, adakalanya
diekspor ke Singapura dan Eropa (Aslan, dkk. 2009).
Berikut
ini adalah pembahasan mengenai 8 awetan basah yang peneliti amati.
1)
Spesies
A
Spesies A termasuk ke dalam kelas
Demospongiae. Kerangka tubuhnya dibentuk oleh serabut spongin saja, sehingga
spesies ini dimasukkan ke dalam kelas demospongiae. Tubuhnya berwarna putih
cerah yang diakibatkan oleh adanya granula-granula pigmen warna di amoebosit.
2)
Spesies
B
Spesies B termasuk ke dalam kelas
Hexactinellida atau Hyalospongiae. Kerangka tubuhnya terdiri dari spongin
dengan spikula, spikula tersusun dari silikat dan berbentuk hexaxon. Bentuk
tubuhnya menyerupai vas bunga, cangkir atau kendi dengan tinggi sekitar 10-30
cm.
3)
Spesies
C
Spesies C termasuk ke dalam kelas
Demospongiae. Kerangka tubuhnya terdiri dari serabut spongin dan memiliki
spikula dari silikat. Bentuk spikulanya monoaxon sehingga masuk ke dalam
subkelas monoaxonida.
4)
Spesies
D
Spesies D termasuk ke dalam kelas
Demospongiae. Kerangka tubuhnya mengandung serabut spongin, akan tetapi pada
spesies ini tidak ditemukan spikula.
5)
Spesies
E
Spesies E termasuk ke dalam kelas
Demospongiae.kerangka tubuhnya mengandung spongin dengan spikula yang
mengandung silikat. Spikula berbentuk monoaxon. Termasuk ke dalam subkelas
monoaxonida.
6)
Spesies
F
Spesies F termasuk ke dalam kelas
Demospongia. Kerangka tubuhnya tidak mengandung spongin tetapi memiliki spikula
yang berbahan silikat. Spikula berbentuk monoaxon.
7)
Spesies
G
Spesies G termasuk ke dalam kelas
Calcarea. Kerangka tubuhnya mengandung serabut spongin dan kalsium karbonat
(CaCO3) atau kapur. Hal ini dapat dibuktikan dengan menghilangnya
spikula pada tampilan medium setelah ditambahkan larutan HCl dibandingkan
dengan medium yang hanya ditetesi air saja. Spikula berbentuk monoaxon.
8)
Spesies
H
Spesies H termasuk ke dalam kelas
Demospongiae. Kerangka tubuhnya tidak mengandung spongin, tetapi memiliki
spikula yang berbahan silikat dan berbentuk monoaxon.
DAFTAR PUSTAKA
Kastawi, Y. dkk.
(2005). Zoologi Avertebrata. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Reece, Campbell. (2012). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Syamsuri, Istamar. (2004). Biologi. Jakarta : Erlangga
Komentar
Posting Komentar