Pembahasan Nemathelminthes
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil
praktikum, species yang diamati terdiri dari 3 jenis, diantaranya:
1. Ascaris suillae
Ascaris suillae merupakan
salah satu species dari phyllum Nemathelminthes. Ciri umum dari phyllum ini
adalah tubuh bulat memanjang, slindris atau gilig, ditutupi kutikula, tidak
bersegmen, tidak mempunyai silia atau parapodia, mempunyai rongga antara
dinding tubuh dan intestine (pseudocoel), pencernaan makanan sudah lengkap dari
mulut sampai anus, cacing jantan umumnya mempunyai satu atau cua copulatory
spiculae. Hewan ini dikelompokkan ke dalam classis Nematoda karena memiliki
beberapa karakteristik, yaitu memiliki intestine (usus) namun tidak memiliki
proboscis atau belalai (Syulasmi, Sriyati, Peristiwati, 2011).
Cacing jantan
Ascaris suillae berukuran
sekitar 10-30 cm, sedangkan cacing betinanya sekitar 22-35 cm. Pada cacing
jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga bagian
anteriornya terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Ascaris suillae ini
hidup parasit pada usus halus babi. Karena bersifat parasit, pada bagian
anterior Ascaris suillae terdapat
mulut yang dikelilingi oleh 3 bibir sebagai bentuk adaptasinya, 1 bibir dorsal
dan 2 bibir ventralateral. Bibir dilengkapi tonjolan kutikula dari bentuk sederhana
sampai bentuk seperti bulu. Pada bibir-bibir ini dilengkapi gigi-gigi halus
yang memudahkannya untuk mengambil nutrisi dari inang (Juanda,2012).
2.
Ascaris
lumbricoides
Seperti halnya Ascaris suillae, Ascaris lumbricoides
pun dimasukan kedalam classis Nematoda.Ascaris
lumbricoides memiliki tubuh yang panjang, berbentuk silinder dan runcing
pada kedua ujungnya. Hewan betina berukuran 20-29 cm dengan diameter 4-6 mm.
Sementara hewan jantan berukuran lebih kecil, panjangnya 13-31 cm dengan
diamerter 2-4 mm. Permukaan tubuh umumnya tidak berwarna. Kutikula berwarna
putih kekuningan. Warna merah pada tubuhnya disebabkan oleh adanya hemoglobin
(Kastawi,2005)
Hewan ini bersifat kosmopolit (terdapat di segala
tempat), terutama di daerah tropis. Ascaris umumnya hidup sebagai parasit pada
tubuh manusia, tepatnya pada usus halus manusia. Telur cacing ini keluar
bersama feses dan akan masuk ke tubuh kembali lewat makanan yang tidak
higienis. Selanjutnya, telur akan menetas menjadi larva yang menembus dinding
usus dan mengikuti peredaran darah manusia sampai ke paru-paru, trakea
(tenggorokan), faring (kerongkongan), dan kembali ke usus hingga dewasa dan
menetaskan telur 200.000/hari. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit ascariasis
(Rinawati,2011).
3.
Ancylostoma
duodenale
Ancylostoma
duodenale sering disebut cacing tambang karena banyak
ditemukan di daerah pertambangan yang belum mempunyai fasilitas sanitas yang
memadai. Hospes parasit ini adalah manusia. Cacing dewasa
hidup di rongga usus halus dengan mulutnya yang melekat pada mukosa dinding
usus. Cacing betina mempunyai panjang 1 cm sementara cacing jantan kira-kira
0,8 cm. Cacing dewasa berbentuk huruf S atau C dan didalam mulutnya terdapat
sepasang gigi. Cacing betina biasanya 9.000
– 10.000 butir telur perhari. Telur cacing tambang
besarnya kira-kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding yang
tipis dan di dalamnya terdapat beberapa sel. Daur hidup Ancylostoma duodenale
yaitu telur cacing dikeluarkan bersama feses dalam waktu 1-2 hari di dalam tanah
kemudian telur tersebut akan menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu
sekitar tiga hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus
kulit, larva ikut masuk melalui aliran darah menuju jantung lalu ke paru-paru.
Di paru-paru, larva menembus pembuluh darah, kemudian masuk ke bronkus lalu ke
trakea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus
halus dan menjadi cacing dewasa (Arbaya,2012).
Komentar
Posting Komentar