CERBUNG " Untuk kakak "
Hanya ada satu yang mungkin tak dapat dilupakan seseorang. Bahkan terkadang semua itu masih terekam dengan jelas. Sulit diungkapkan dengan kata sulit pula apabila kita ingin merubahnya. Karena saat-saat itu mungkin takkan kembali lagi, kembali seperti apa yang kita inginkan. Itulah mungkin mengapa ada pepatah mengatakan bahwa “waktu adalah uang” . betapa pentingnya waktu yang kita lewati lewati setiap harinya. Ia, MASA LALU…. Masa-masa yang tidak akan kembali tapi dapat dikenang.Dan bias juga dijadikan pelajaran yang baik di masa selanjutnya.
“sssssssshhhhhhhhhhhiiiiiiittttttttttt……….. “ ucap seorang pria yang tampak dengan wajah yang sangat kesal. “ Bodoh …” ia kembali mengatakan sesuatu yang diucapkan seseorang ketika kesal.
pria itu masih berdiri tepat di depan sebuah cermin, lalu dengan rasa emosi..tangan yang sudah sedari tadi mengepal itu tiba-tiba meninju cermin yang ada di depannya. Tangan lelaki itu langsung berlumuran darah, namun tak membuatnya Nampak puas dengan apa yang telah dilakukannya.
dengan tangan berlumuran darah itu kini mulai mengacak-ngacak barang yang ada di ruangan itu. Ruangan itu benar-benar sudah berantakan. Kekesalan itu masih belum reda di hatinya. Entah apa yang terjadi pada lelaki itu. Namun sepertinya tangan itu sudah sedari tadi mengeluarkan banyak darah sehingga membuatnya merasa lemas. Badannya pun akhirnya benar-benar tak dapat lagi berdiri tegak dan terjatuh begitu saja di lantai.
***
Mobil ambulan yang membawa lelaki itu akhirnya tiba di suatu rumah sakit. Untung saja saat dia pingsan dikamarnya ada temannya yang mengetahuinya. Dan semoga nyawanya masih dapat tertolong.
Ia segera dimasukkan ke ruang UGD.
Dengan hati yang tak tenang temannya masih duduk tepat di samping ruangan itu sambil menunggu dokter keluar dan menghampirinya. Satu jam lebih ia masih menunggu, entah harus berapa lama lagi. Namun tiba-tiba ia berpikir kenapa sahabatnya itu bias melakukan hal konyol seperti ini. Dan dia berpikir bahwa terjadi masalah yang besar pada sahabatnya itu. “ mungkin aku bias tanya padanya setelah ia sembuh nanti. Karena aku janji akan membantunya. “ bisik dalam hati lelaki itu.
Seseorang Nampak menghampirinya, lelaki itu tampak lebih dewasa daripadanya dan juga pakaian yang ia pakai menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari kalangan bawah seperti dirinya. Lagipula ia belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya.
“ maaf, apa kamu yang bernama fadli? “ tanya lelaki itu ketika dating menyapanya.
“ia, mas ini siapa ia? Mungkin sayan mengenal anda? “ jawab fadli pada lelaki itu.
“perkenalkan , saya……….” Tiba-tiba ucapan itu terpotong ketika dokter menghampiri mereka berdua.
“ bagaimana keadaanya dokter? Apa dia tidak apa-apa? “ tanya lelaki dewasa yang tampan itu.
“ dalam waktu dekat ini dia harus mendapatkan donor darah secepatnya, karena dia kehilangan darah cukup banyak. Saya juga mohon jangan dulu berkomunikasi dengannya, karena dia masih harus beristirahat. Mungkin besok anda bias dating lagi kesini untuk menjemputnya. “ kata dokter itu lalu tersenyum dan begitu saja meninggalkan mereka disana.
“Alhamdulillah untung saja reno tidak apa-apa” ucap fadli , sahabat yang sedari tadi begitu setia menunggui reno yang kini tengah terbaring di rumah sakit.
“ maaf , emm .. biar saya saja yang membayar administrasi rumah sakit ini. Kebetulan saya sangat mengenal dekat lelaki yang telah anda tolong.” Ucap seorang lelaki yang memakai jas mewah itu pada fadli.
“tidak apa-apa mas, lagipula semuanya sudah saya bayar. Karena reno adalah sahabat saya dan sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri.”
“terimakasih , saya benar-benar terkagum pada kebaikan anda. Kalau begitu saya pamit pulang.”.
Lelaki itu hanya tersenyum setelah mendengar pujian dari orang ber jas hitam tersebut, lalu menundukkan kepala nya secara berulang.. “ terimakasih atas pujian anda “ jawabnya.
“baru kali ini aku dipuji oleh seorang pejabat. “ ucapnya dalam hati padahal ia belum tau siapa yang tadi bicara dengannya, namun baginya orang tadi adalah seorang pejabat mungkin alasannya karena pakaian nya yang tampak terlihat mahal.
“O ia.. apa lelaki tadi ada hubungannya dengan bang Reno? “ tanya dirinya dalam hati, ia ingin sekali menanyakannya karena mungkin saja bang Reno yang selama ini ia kenal adalah adik dari orang kaya tadi. “ ah sudahlah.. kalau pikiran ku begini sama saja aku tak ikhlas membantu bang Reno “.
Ia membalikkan badannya dan melihat arah jarum jam, jam itu tampak menunjukkan waktu ashar, ia segera bergegas mencari mushalla di rumah sakit itu. Sesampainya disana ia berwudhu lalu menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Lalu ia mendoakan bang Reno agar segera lekas sembuh.
Langkah kakinya kini menuju ruangan Reno, sahabatnya. Dia masih terbaring lemas dan tak dapat mengeluarkan satu patah kata pun, mungkin karena pendarahan yang terjadi sangat parah. Fadli benar-benar khawatir, ia takut akan terjadi sesuatu hal pada sahabatnya itu. Sahabat yang sekaligus menjadi seorang kakak baginya, semenjak berkenalan dengan Reno ia jadi sering mengikuti kegiatan social untuk anak jalanan dan para pengamen. Bahkan ia pernah diajak Reno untuk mengajar di sekolah anak jalanan di pemukiman kumuh, walaupun lingkungan nya sangat kotor namun semangat anak-anak itu untuk belajar sangat tinggi. Mereka berbeda 3 tahun, namun ia dan Reno sangat akrab. Yang ia tau Reno adalah seorang aktivis di kuliahnya, tak banyak yang mengenal Reno karena dia bukan mahasiswa pandai yang banyak di kenal orang. Sementara fadli masih duduk dibangku kelas 3 SMA, dia aktif dalam kegiatan IREMA atau tepatnya Ikatan Remaja Masjid. Tak banyak yang tau pula tentang dirinya, namun dia banyak dikenal orang-orang disekitar rumahnya karena kebaikannya pada siapapun tak memandang darimana ia berasal, dan karena itu mereka sangat beruntung bias dipertemukan walaupun baik Reno maupun Fadli tak pernah saling menceritakan masalah pribadinya apalagi mengenai keluarganya.
Bunyi telephone genggam itu mengganggu telinga fadli, lalu ia segera mengankat telephone genggam miliknya itu.
“ Assalamu’alaikum nak fadli..” suara dalam telephone itu ketika fadli mengangkatnya.
“ wa’alaikumsalam bude” jawabnya.
“ bagaimana keadaan Reno? Apa dia baik2 saja? Bude ingin sekali menjenguknya, tapi bude dan pakde baru saja mendengar kabar tadi sore jadi bude tak bias kesana. Mungkin besok lusa bude kesana kalau ada apa2 hubungi bude saja “ kata wanita dalam telephone itu yang biasa di panggil bude, wanita paruh baya ini merupakan pemilik kos yang sudah menganggap semua anak kos nya sebagai anaknya. Maklum saja suami instri yang sudah menikah selama 25 tahun ini masih juga belum dikaruniai anak walaupun mereka hanya memiliki satu orang anak perempuan yang mereka adopsi dari panti asuhan.
“ ia bude, tidak apa-apa. Lagipula keadaan bang Reno sudah sedikit membaik, mungkin dalam waktu dekat dia sudah bisa pulang. Terimakasih bude sebelumnya. “ Ucap Fadli pada wanita tadi yang sudah ia anggap sebagai ibunya.
“ia syukurlah kalau begitu, kamu harus jaga dia baik-baik disana. Masalah pembayaran biar bude yang urus dulu, kamu tenang saja ia.. ia sudah kamu lebih baik menginap disana untuk menemani Reno. Kasihan dia, bude tidak tau dimana keluarganya, apa kamu tau? Kamu coba hubungi keluarga Reno ia ?”
“fadli juga sudah berencana seperti itu, akan menginap disini sampai subuh setelah itu pulang ke kos san. Fadli juga kurang tau bude, karena selama ini bang Reno tak pernah bercerita apa-apa pada fadli”
“euumph.. ya sudah tidak apa-apa. Kamu baik-baik ya disana, wassalamualaikum..”
“waalaikumsalam..” Ucap fadli lalu menutup pembicaraan di telephone tersebut.
“apa lelaki itu ada hubungannya dengan bang Reno ? apa dia keluarganya? “ ucapnya dalam hati.
Tok..tok…tok..
“ maaf mas ini keluarganya bapak Reno Hardiawan Putra? “ tanya perawat itu pada Fadli.
“eumph.. saya orang yang paling dekat dengannya. “ jawab fadli
“ lalu apa bapak tau keluarga bapak Reno Hardiawan Putra? Bisa bapak bantu saya untuk menghubungi keluarga beliau? “
“ maaf suster saya tidak tau, walaupun kami tinggal 1 kamar kos” jawab Fadli
“ baiklah, kalau begitu silahkan bapak menemui dokter mengenai keadaan Pak Reno.”
“baiklah..” jawab Fadli lalu mengikuti perawat itu menuju ruang dokter yang letaknya sedikit jauh yang sebelumnya ia perkirakan.
“silahkan masuk pak.. dokter sudah menunggu anda didalam..” ucap perawat itu sambil mempersilahkan Fadli masuk.
“ silahkan duduk “ ucap dokter itu menyapanya
“baik kalau begitu saya akan mulai berbicara mengenai keadaan bapak Reno Hardiawan Putra, begini pak, Percobaan bunuh diri yang dilakukan pasien ini sudah mengakibatkan banyak kehilangan darah. Kondisinya akan semakin memburuk bila tidak ada donor darah yang sesuai dengan golongan darah pasien ini. Akibatnya mungkin diantaranya akan menyebabkan koma berkepanjangan bahkan kematian. Karena itu saya mohon pada bapak untuk segera mencarikan donor darah untuk pasien ini. “
“kalau begitu saya akan mendonorkan darah saya pada bang Reno.”
“bisa saja asalkan golongan darah bapak itu O,kalau golongan darah bapak bukan O itu tidak akan bisa terjadi pendonoran darah”
“tapi, dokter saya benar2 tidak tau dimana keluarga sahabat saya itu. Bagaimana cara saya untuk mengetahuinya”
“kalau begitu cari saja orang yang mau memberikan darahnya untuk sahabat anda, atau bisa membeli nya di Rumah sakit2 ternama di ibu kota.”
“Jarang sekali kan dokter,orang yang mempunyai golongan darah O. kalau membeli harganya mencapai berapa dok?”
“ satu kantung darah itu bisa mencapai lima ratus ribu bahkan lebih, karena ini golongan darah nya O pasti sedikit lebih mahal harganya. Pasien ini membutuhkan lebih dari 5 kantung”
“baiklah dokter, kalau begitu terimakasih.. “
“tunggu pak, saya belum selesai berbicara. Masih ada satu hal yang harus saya sampaikan pada anda mengenai keadaan pasien.”
Fadli lalu duduk kembali di tempat itu.
“begini, setelah kemarin kami mengecek darah pasien kami menemukan sesuatu yang ganjil.”
“maksud dokter?”
“begini.. dalam pemeriksaan darah tersebut dinyatakan bahwa pasien positif mengidap penyakit AIDS”
“AIDS? Itu gak mungkin dokter.. bang Reno itu orangnya sangat baik, jadi mana mungkin dia mengidap penyakit seperti itu”
“ ini takdir allah , tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bisa saja mungkin dari factor keturunan atau mungkin dari jarum suntik. Karena masih banyak sebab yang mengakibatkan penyakit berbahaya seperti ini”
“apa sudah ada obatnya dok?”
“maaf, sampai saat ini penyakit seperti ini belum ada obatnya. Namun pasien masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya walaupun begitu kekebalan tubuh pasien juga akan semakin berkurang sehingga banyak penyakit yang mudah sekali masuk ketubuh pasien dan penyakit itu juga akan bertahun-tahun di derita pasien. Saya harap anda dapat memberikan support kepada pasien, saya yakin pasien ini adalah orang yang tegar. “
“baiklah dok, terimakasih… “ ucap Fadli lalu keluar meninggalkan ruangan itu.
“ya allah… apa benar ini suratan takdir untuk bang Reno?kenapa harus bang Reno orangnya… kenapa???kenapa tidak aku saja yang ditakdirkan menderita penyakit ini, karena buat apa lagi aku hidup di dunia ini ya allah.. yang kupunya hanyalah bang Reno. Biar aku saja yang menggantikan penderitaannya . orang sebaik dia tak pantas menerima semua ini.” Bisik hati kecilnya.
Ia benar-benar menangis seketika duduk di bangku tepat di depan kamar Reno.. “apa mungkin bang Reno sudah tau semua ini? Apa karena ini bang Reno nekat bunuh diri? “ kembali ia bertanya-tanya dalam hatinya. Ia benar-benar merasa galau sekarang, tak tau harus bagaimana memberitahukan bang Reno nanti setelah ia sadar. Tak terasa mata yang sedari tadi sudah lembam karena derasnya airmata yang keluar menutup secara perlahan walaupun pemiliknya tak terbaring di atas ranjang, melainkan duduk sambil meletakkan tangannya untuk menutupi matanya.
“sssssssshhhhhhhhhhhiiiiiiittttttttttt……….. “ ucap seorang pria yang tampak dengan wajah yang sangat kesal. “ Bodoh …” ia kembali mengatakan sesuatu yang diucapkan seseorang ketika kesal.
pria itu masih berdiri tepat di depan sebuah cermin, lalu dengan rasa emosi..tangan yang sudah sedari tadi mengepal itu tiba-tiba meninju cermin yang ada di depannya. Tangan lelaki itu langsung berlumuran darah, namun tak membuatnya Nampak puas dengan apa yang telah dilakukannya.
dengan tangan berlumuran darah itu kini mulai mengacak-ngacak barang yang ada di ruangan itu. Ruangan itu benar-benar sudah berantakan. Kekesalan itu masih belum reda di hatinya. Entah apa yang terjadi pada lelaki itu. Namun sepertinya tangan itu sudah sedari tadi mengeluarkan banyak darah sehingga membuatnya merasa lemas. Badannya pun akhirnya benar-benar tak dapat lagi berdiri tegak dan terjatuh begitu saja di lantai.
***
Mobil ambulan yang membawa lelaki itu akhirnya tiba di suatu rumah sakit. Untung saja saat dia pingsan dikamarnya ada temannya yang mengetahuinya. Dan semoga nyawanya masih dapat tertolong.
Ia segera dimasukkan ke ruang UGD.
Dengan hati yang tak tenang temannya masih duduk tepat di samping ruangan itu sambil menunggu dokter keluar dan menghampirinya. Satu jam lebih ia masih menunggu, entah harus berapa lama lagi. Namun tiba-tiba ia berpikir kenapa sahabatnya itu bias melakukan hal konyol seperti ini. Dan dia berpikir bahwa terjadi masalah yang besar pada sahabatnya itu. “ mungkin aku bias tanya padanya setelah ia sembuh nanti. Karena aku janji akan membantunya. “ bisik dalam hati lelaki itu.
Seseorang Nampak menghampirinya, lelaki itu tampak lebih dewasa daripadanya dan juga pakaian yang ia pakai menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari kalangan bawah seperti dirinya. Lagipula ia belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya.
“ maaf, apa kamu yang bernama fadli? “ tanya lelaki itu ketika dating menyapanya.
“ia, mas ini siapa ia? Mungkin sayan mengenal anda? “ jawab fadli pada lelaki itu.
“perkenalkan , saya……….” Tiba-tiba ucapan itu terpotong ketika dokter menghampiri mereka berdua.
“ bagaimana keadaanya dokter? Apa dia tidak apa-apa? “ tanya lelaki dewasa yang tampan itu.
“ dalam waktu dekat ini dia harus mendapatkan donor darah secepatnya, karena dia kehilangan darah cukup banyak. Saya juga mohon jangan dulu berkomunikasi dengannya, karena dia masih harus beristirahat. Mungkin besok anda bias dating lagi kesini untuk menjemputnya. “ kata dokter itu lalu tersenyum dan begitu saja meninggalkan mereka disana.
“Alhamdulillah untung saja reno tidak apa-apa” ucap fadli , sahabat yang sedari tadi begitu setia menunggui reno yang kini tengah terbaring di rumah sakit.
“ maaf , emm .. biar saya saja yang membayar administrasi rumah sakit ini. Kebetulan saya sangat mengenal dekat lelaki yang telah anda tolong.” Ucap seorang lelaki yang memakai jas mewah itu pada fadli.
“tidak apa-apa mas, lagipula semuanya sudah saya bayar. Karena reno adalah sahabat saya dan sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri.”
“terimakasih , saya benar-benar terkagum pada kebaikan anda. Kalau begitu saya pamit pulang.”.
Lelaki itu hanya tersenyum setelah mendengar pujian dari orang ber jas hitam tersebut, lalu menundukkan kepala nya secara berulang.. “ terimakasih atas pujian anda “ jawabnya.
“baru kali ini aku dipuji oleh seorang pejabat. “ ucapnya dalam hati padahal ia belum tau siapa yang tadi bicara dengannya, namun baginya orang tadi adalah seorang pejabat mungkin alasannya karena pakaian nya yang tampak terlihat mahal.
“O ia.. apa lelaki tadi ada hubungannya dengan bang Reno? “ tanya dirinya dalam hati, ia ingin sekali menanyakannya karena mungkin saja bang Reno yang selama ini ia kenal adalah adik dari orang kaya tadi. “ ah sudahlah.. kalau pikiran ku begini sama saja aku tak ikhlas membantu bang Reno “.
Ia membalikkan badannya dan melihat arah jarum jam, jam itu tampak menunjukkan waktu ashar, ia segera bergegas mencari mushalla di rumah sakit itu. Sesampainya disana ia berwudhu lalu menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Lalu ia mendoakan bang Reno agar segera lekas sembuh.
Langkah kakinya kini menuju ruangan Reno, sahabatnya. Dia masih terbaring lemas dan tak dapat mengeluarkan satu patah kata pun, mungkin karena pendarahan yang terjadi sangat parah. Fadli benar-benar khawatir, ia takut akan terjadi sesuatu hal pada sahabatnya itu. Sahabat yang sekaligus menjadi seorang kakak baginya, semenjak berkenalan dengan Reno ia jadi sering mengikuti kegiatan social untuk anak jalanan dan para pengamen. Bahkan ia pernah diajak Reno untuk mengajar di sekolah anak jalanan di pemukiman kumuh, walaupun lingkungan nya sangat kotor namun semangat anak-anak itu untuk belajar sangat tinggi. Mereka berbeda 3 tahun, namun ia dan Reno sangat akrab. Yang ia tau Reno adalah seorang aktivis di kuliahnya, tak banyak yang mengenal Reno karena dia bukan mahasiswa pandai yang banyak di kenal orang. Sementara fadli masih duduk dibangku kelas 3 SMA, dia aktif dalam kegiatan IREMA atau tepatnya Ikatan Remaja Masjid. Tak banyak yang tau pula tentang dirinya, namun dia banyak dikenal orang-orang disekitar rumahnya karena kebaikannya pada siapapun tak memandang darimana ia berasal, dan karena itu mereka sangat beruntung bias dipertemukan walaupun baik Reno maupun Fadli tak pernah saling menceritakan masalah pribadinya apalagi mengenai keluarganya.
Bunyi telephone genggam itu mengganggu telinga fadli, lalu ia segera mengankat telephone genggam miliknya itu.
“ Assalamu’alaikum nak fadli..” suara dalam telephone itu ketika fadli mengangkatnya.
“ wa’alaikumsalam bude” jawabnya.
“ bagaimana keadaan Reno? Apa dia baik2 saja? Bude ingin sekali menjenguknya, tapi bude dan pakde baru saja mendengar kabar tadi sore jadi bude tak bias kesana. Mungkin besok lusa bude kesana kalau ada apa2 hubungi bude saja “ kata wanita dalam telephone itu yang biasa di panggil bude, wanita paruh baya ini merupakan pemilik kos yang sudah menganggap semua anak kos nya sebagai anaknya. Maklum saja suami instri yang sudah menikah selama 25 tahun ini masih juga belum dikaruniai anak walaupun mereka hanya memiliki satu orang anak perempuan yang mereka adopsi dari panti asuhan.
“ ia bude, tidak apa-apa. Lagipula keadaan bang Reno sudah sedikit membaik, mungkin dalam waktu dekat dia sudah bisa pulang. Terimakasih bude sebelumnya. “ Ucap Fadli pada wanita tadi yang sudah ia anggap sebagai ibunya.
“ia syukurlah kalau begitu, kamu harus jaga dia baik-baik disana. Masalah pembayaran biar bude yang urus dulu, kamu tenang saja ia.. ia sudah kamu lebih baik menginap disana untuk menemani Reno. Kasihan dia, bude tidak tau dimana keluarganya, apa kamu tau? Kamu coba hubungi keluarga Reno ia ?”
“fadli juga sudah berencana seperti itu, akan menginap disini sampai subuh setelah itu pulang ke kos san. Fadli juga kurang tau bude, karena selama ini bang Reno tak pernah bercerita apa-apa pada fadli”
“euumph.. ya sudah tidak apa-apa. Kamu baik-baik ya disana, wassalamualaikum..”
“waalaikumsalam..” Ucap fadli lalu menutup pembicaraan di telephone tersebut.
“apa lelaki itu ada hubungannya dengan bang Reno ? apa dia keluarganya? “ ucapnya dalam hati.
Tok..tok…tok..
“ maaf mas ini keluarganya bapak Reno Hardiawan Putra? “ tanya perawat itu pada Fadli.
“eumph.. saya orang yang paling dekat dengannya. “ jawab fadli
“ lalu apa bapak tau keluarga bapak Reno Hardiawan Putra? Bisa bapak bantu saya untuk menghubungi keluarga beliau? “
“ maaf suster saya tidak tau, walaupun kami tinggal 1 kamar kos” jawab Fadli
“ baiklah, kalau begitu silahkan bapak menemui dokter mengenai keadaan Pak Reno.”
“baiklah..” jawab Fadli lalu mengikuti perawat itu menuju ruang dokter yang letaknya sedikit jauh yang sebelumnya ia perkirakan.
“silahkan masuk pak.. dokter sudah menunggu anda didalam..” ucap perawat itu sambil mempersilahkan Fadli masuk.
“ silahkan duduk “ ucap dokter itu menyapanya
“baik kalau begitu saya akan mulai berbicara mengenai keadaan bapak Reno Hardiawan Putra, begini pak, Percobaan bunuh diri yang dilakukan pasien ini sudah mengakibatkan banyak kehilangan darah. Kondisinya akan semakin memburuk bila tidak ada donor darah yang sesuai dengan golongan darah pasien ini. Akibatnya mungkin diantaranya akan menyebabkan koma berkepanjangan bahkan kematian. Karena itu saya mohon pada bapak untuk segera mencarikan donor darah untuk pasien ini. “
“kalau begitu saya akan mendonorkan darah saya pada bang Reno.”
“bisa saja asalkan golongan darah bapak itu O,kalau golongan darah bapak bukan O itu tidak akan bisa terjadi pendonoran darah”
“tapi, dokter saya benar2 tidak tau dimana keluarga sahabat saya itu. Bagaimana cara saya untuk mengetahuinya”
“kalau begitu cari saja orang yang mau memberikan darahnya untuk sahabat anda, atau bisa membeli nya di Rumah sakit2 ternama di ibu kota.”
“Jarang sekali kan dokter,orang yang mempunyai golongan darah O. kalau membeli harganya mencapai berapa dok?”
“ satu kantung darah itu bisa mencapai lima ratus ribu bahkan lebih, karena ini golongan darah nya O pasti sedikit lebih mahal harganya. Pasien ini membutuhkan lebih dari 5 kantung”
“baiklah dokter, kalau begitu terimakasih.. “
“tunggu pak, saya belum selesai berbicara. Masih ada satu hal yang harus saya sampaikan pada anda mengenai keadaan pasien.”
Fadli lalu duduk kembali di tempat itu.
“begini, setelah kemarin kami mengecek darah pasien kami menemukan sesuatu yang ganjil.”
“maksud dokter?”
“begini.. dalam pemeriksaan darah tersebut dinyatakan bahwa pasien positif mengidap penyakit AIDS”
“AIDS? Itu gak mungkin dokter.. bang Reno itu orangnya sangat baik, jadi mana mungkin dia mengidap penyakit seperti itu”
“ ini takdir allah , tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bisa saja mungkin dari factor keturunan atau mungkin dari jarum suntik. Karena masih banyak sebab yang mengakibatkan penyakit berbahaya seperti ini”
“apa sudah ada obatnya dok?”
“maaf, sampai saat ini penyakit seperti ini belum ada obatnya. Namun pasien masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya walaupun begitu kekebalan tubuh pasien juga akan semakin berkurang sehingga banyak penyakit yang mudah sekali masuk ketubuh pasien dan penyakit itu juga akan bertahun-tahun di derita pasien. Saya harap anda dapat memberikan support kepada pasien, saya yakin pasien ini adalah orang yang tegar. “
“baiklah dok, terimakasih… “ ucap Fadli lalu keluar meninggalkan ruangan itu.
“ya allah… apa benar ini suratan takdir untuk bang Reno?kenapa harus bang Reno orangnya… kenapa???kenapa tidak aku saja yang ditakdirkan menderita penyakit ini, karena buat apa lagi aku hidup di dunia ini ya allah.. yang kupunya hanyalah bang Reno. Biar aku saja yang menggantikan penderitaannya . orang sebaik dia tak pantas menerima semua ini.” Bisik hati kecilnya.
Ia benar-benar menangis seketika duduk di bangku tepat di depan kamar Reno.. “apa mungkin bang Reno sudah tau semua ini? Apa karena ini bang Reno nekat bunuh diri? “ kembali ia bertanya-tanya dalam hatinya. Ia benar-benar merasa galau sekarang, tak tau harus bagaimana memberitahukan bang Reno nanti setelah ia sadar. Tak terasa mata yang sedari tadi sudah lembam karena derasnya airmata yang keluar menutup secara perlahan walaupun pemiliknya tak terbaring di atas ranjang, melainkan duduk sambil meletakkan tangannya untuk menutupi matanya.
Komentar
Posting Komentar